Resensi novel Sengsara Membawa Nikmat
Judul buku : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2004
Novel ini berkisah
tentang dua orang pemuda, Midun dan Kacak yang saling bermusuhan. Midun anak
miskin, berbudi baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah agama. Midun
juga sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak seorang kaya,
mamaknya menjadi penghulu Laras di daerah itu sehingga tak heran jika Kacak
menjadi sombong dan bangga dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya.
Kacak juga selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang
melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat
lebih senang dan menghormati Midun dari pada Kacak. Karena Midun lebih disukai
orang, Kacak menjadi sangat iri. Pangkal dari permusuhan di antara mereka,
adalah karena Midun sangat disukai masyarakat sedangkan Kacak tidak.Sebaliknya,
Kacak justru beranggapan bahwa penyebab ia tidak disukai dirinya oleh
masyarakat adalah akibat hasutan Midun kepada masyarakat agar membenci dirinya.
Maka pertengkaran-pertengkaran pun tak terelakkan.
Suatu ketika
Midun sedang beralan-jalan di pasar baru. Di sana ia melihat seorang pribumi
yang mengamuk dan menyerang Sinyo Belanda. Ketika melihat Sinyo Belanda
terdesak, Midun menolongnya. Sinyo Belanda selamat. Ternyata kemudian diketahui
bahwa orang tua sinyo itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Dan sebagai tanda
terima kasih, Midun ditawari kerja di sana sebagai sekretaris. Tak lama
kemudian Midun mempersunting Halimah. Kerja Midun dipindahkan menjadi Menteri
Kebijakan di Tanjung Priok.
Ketika Midun
sedang melaksanakan tugasnya ke Medan untuk melacak gerombolan pengedar opium,
Midun bertemu dengan Manjau adiknya. Lewat adiknya Midun mengetahui bahwa
ayahnya sudah meninggal, harta kekayaan peninggalannya sudah habis.Selain
dipakai untuk hidup sehari-hari juga karena diambil oleh keponakan ayahnya yang
merasa hak mendapatkan waris. Juga tingkah laku Kacak yang kini sudah menjadi
Tuanku Laras menggantikan mamaknya, semakin menjadi-jadi. Manjau dan Miun yang
kini sudah kawin dengan adik Midun selalu menjadi sasaran kekejaman Kacak.
Novel ini
menceritakan tentang perjuangan seorang anak muda yang disukai banyak orang
melawan seseorang anak lainnya yang mudah dendam dan dengki serta menghalalkan
segala cara untuk menjatuhkan orang lain. Novel ini memotivasi para pembacanya.
Pada novel ini juga kental akan tradisi atau adat Minangkabau yang menjadi
latar cerita pada novel ini. Memang sudah menjadi ciri khas novel tahun 20-an
yang menggunakan unsur sastra lama seperti adat dan bahasa melayu yang sangat
kental.
Komentar
Posting Komentar