Resensi novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Resensi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Judul
resensi : Cinta Tak Harus Memiliki
Judul
buku : Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota
terbit : Jakarta
Tahun
terbit : Cetakan ke-32: Mei 2017
Tebal
buku : 264 halaman
ISBN : 978 - 602 - 03 3160 – 7
Novel ini mengisahkan kehidupan seorang anak yatim yang bernama
Tania. Seorang gadis cantik dan pintar yang harus merasakan pahitnya kehidupan
kumuh dikota besar. Bersama adiknya-Dede, Tania bekerja mengamen dari bus satu
ke bus lainnya untuk membantu sang ibu yang sering sakit-sakitan. Ayah Tania
meninggal ketika Tania berumur 8 tahun. Sejak saat itu pula kehidupan mereka
berbalik menjadi serba kekurangan. Tania, Dede, dan Ibunya diusir dari rumah
kontrakan dan terpaksa harus tinggal di rumah kardus dekat sungai pembuangan.
Hingga suatu ketika Tania bertemu Danar saat usianya menginjak 11
tahun, terpaut sekitar 14 tahun dengan usia Danar. Pada saat itu, Tania dan
Dede sedang mengamen, tanpa disengaja Tania menginjak sebuah paku payung karena
ia tidak menggunakan alas kaki. Ketika itulah, Danar datang dan menjadi
malaikat penolong bagi Tania dan keluarganya.
Danar memiliki kekasih bernama Ratna, dan bertemunya Tania dengan
Ratna membuat Tania menyadari bahwa ia memiliki rasa yang istimewa terhadap
Danar, malaikat penolongnya itu. Perasaan seorang gadis terhadap seorang pria.
Perasaan yang seharusnya tidak layak ia rasakan. Akhirnya, Tania berusaha
menyembunyikan perasaan tersebut dengan cara menjauh dan kuliah ke Singapura.
Akan tetapi, perasaan itu semakin lama semakin tumbuh membuat Tania
harus merasa kesakitan ketika berhadapan dengan Danar, dan merasa sangat
cemburu ketika melihat Danar dan Ratna bersama. Ternyata semua menjadi semakin
rumit ketika Danar memutuskan untuk menikahi Ratna. Namun Tania sadar jika ia
tidak boleh membiarkan perasaannya semakin bertambah. Apapun yang Tania rasakan
menjadi sama sekali tidak ada artinya. Takdir telah ditentukan oleh Tuhan
manusia hanya bisa menerimanya Seperti daun yang tidak pernah membenci angin,
seperti Tania yang harus mengikhlaskan perasaannya pada Danar.
Novel daun yang jatuh tak pernah membenci angin, memberikan
pengetahuan kepada kita jika semua keinginan kita tidak bisa semuanya tercapai.
Gaya bahasanya bagus dan sangat mudah dipahami. Indah untuk didengar dan sangat
puitis sehingga si pembaca sangat nyaman dan senang dalam membaca novel
tersebut serta menguras perasaan pembaca untuk ikut merasakan jadi tokoh utama.
Meskipun
diawal cerita Tania masih berumur 11 tahun, tetapi karena perasaannya dengan Om
Danar membuat itu tidak bagus untuk dicontoh oleh anak dibawah umur. Dan
terkadang ada bahasa istilah yang sulit dimengerti. Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik namun terkadang juga terlalu hiperbola dan puitis. Banyak
menggunakan bahasa istilah.
Komentar
Posting Komentar